Sunday, April 12, 2015

CARA PENERJEMAHAN BAHASA YANG BAIK



                Penerjemahan adalah suatu kegiatan untuk mengalihkan pesan dari suatu bahasa (sebagai bahasa sumber) ke bahasa yang lainnya (sebagai bahasa target) (Newmark, 1988). Penerjemahan merupakan suatu upaya membuat kesepadanan antara teks berbahasa sumber dengan teks berbahasa sasaran. Penerjemahan ini mungkin dilakukan karena semua bahasa di dunia memiliki kesamaan dan bersifat universal. Yang diterjemahkan adalah makna sesuai dengan maksud si pengarang (Catford, 1965).
                Yang dipentingkan dalam penerjemahan ini adalah kesepadanan bukan kesamaan, yaitu kesepadanan antara teks yang diterjemahkan dan terjemahannya atau kesesuaian isi pesan teks berbahasa sumber dengan teks berbahasa sasaran. Agar kesepadanan tercapai, biasanya si penerjemah melakukan (1) penggeseran struktur dengan menggunakan teknis transposisi, yaitu menggunakan struktur yang berbeda dengan struktur dalam teks berbahasa sumber dan (2) penggeseran semantis dengan menggunakan teknik modulasi, yaitu menggunakan sudut pandang semantis yang berbeda dengan terjemahannya dalam bahasa sumber (Machali, 2000).
                Langkah-langkah utama dalam penerjemahan terdiri dari:  (1) pemahaman isi atau pesan dari teks yang diterjemahkan, (2) pengalihbahasaan, dan (3) penyerasian dengan kaidah bahasa sasaran dengan memperhatikan faktor-faktor, misalnya untuk siapa dan tujuan penerjemahan tersebut. Di samping itu, seorang penerjemah harus mempertimbangkan norma yang berlaku, latar belakang budaya, dan waktu atau tempat yang terdapat di dalam teks bahasa sumber. Hal ini juga berlaku bagi teks bahasa sasaran. Selain itu, penerjemah juga harus memahami topik yang sedang dibicarakan. Faktor penerjemah juga memiliki peranan yang penting dalam penerjemahan. Seorang penerjemah harus memiliki penguasaan aktif baik bahasa sumber maupun bahasa sasaran, termasuk bagaimana teknik penyuntingan dalam kedua bahasa tersebut. Dia juga harus dapat memutuskan  metode penerjemahan apa yang tepat (Newmark, 1988).
                Newmark (1988: 45-47) selanjutnya mengemukakan bahwa ada delapan metode penerjemahan:
(1)    Penerjemahan kata per kata (Word-for-word translation)
Metode ini tidak mengubah susunan kata-kata bahasa sumber namun hanya mengalihbahasakan kata-kata tersebut dengan makna yang paling umum yang dimiliki kata-kata tersebut.
(2)    Penerjemahan harfiah (Literal translation)
Metode ini menerjemahkan konstruksi gramatika yang terdapat di dalam teks bahasa sumber dengan kesepadanannya yang paling dekat dengan bahasa sasaran.
(3)    Penerjemahan setia (Faithful translation)
Metode ini menggunakan makna kontekstual yang paling tepat dari makna asal dalam bahasa sumber yang masih dalam batasan-batasan struktur gramatika bahasa sasaran.
(4)    Penerjemahan semantis (Semantic translation)
Metode ini sedikit berbeda dengan metode penerjemahan setia karena metode ini juga mempertimbangkan nilai-nilai estetika dari bahasa sumber.
(5)    Adaptasi (Adaptation)
Metode ini banyak digunakan dalam menerjemahkan naskah drama dan puisi. Metode ini tidak mengubah tema, tokoh dan penokohan, dan plot dari karya sastra yang diterjemahkan. Kandungan budayanya disesuaikan dengan budaya bahasa sasaran.
(6)    Penerjemahan bebas (Free translation)
Metode ini menerjemahkan teks bahasa sumber dengan mengubah gaya, bentuk, dan isi teks bahasa sumber. Hasil terjemahan dari metode ini bisa lebih pendek atau lebih panjang dari teks bahasa sumbernya.
(7)    Penerjemahan idiomatik (Idiomatic translation)
Metode ini mengalihbahasakan pesan dari teks bahasa asal atau sumber tapi dengan menggunakan bahasa yang tidak resmi (misalnya dengan menggunakan slang atau idiom) yang tidak terdapat di dalam bahasa sumbernya.
(8)    Penerjemahan komunikatif (Communicative translation)
Metode ini memberikan makna kontekstual yang tepat dari teks bahasa sumbernya sedemikian rupa sehingga tingkat keberterimaan dan keterbacaan teks bahasa sasaran tinggi.
Pada dasarnya, semua metode tersebut bermanfaat dalam penerjemahan suatu teks. Namun menurut Machali (2000: 55), metode semantik dan metode komunikatif yang “memenuhi tujuan utama penerjemahan, yaitu demi ketepatan dan efisiensi sebuah teks”.
               
Referensi

Catford, C. D. 1965.  A Linguistic Theory of Translation. London: Oxford University Press.
Machali, R. 2000. Pedoman Bagi Penerjemah. Jakarta: PT. Grasindo.
Newmark, P. 1988. A Textbook of Translation. London: Prentice-Hall.

No comments:

Post a Comment