Sunday, April 12, 2015

BAGAIMANA MENANGANI ANAK DENGAN KEENGGANAN BICARA



BAGAIMANA MENANGANI ANAK DENGAN KEENGGANAN BICARA (ELECTIVE MUTISM): PELAJARAN DARI “KEVIN: BELENGGU MASALALU” KARYA TOREY HAYDEN (2004)

Kevin Richter adalah seorang anak lali-laki berusia hampir 16 tahun dan menderita keenggana bicara (elective mutism). Penyakit ini merupakan suatu gangguan emosional yang sering dialami anak-anak karena secara fisik, anak menderita gangguan ini sebenarnya mampu berbicara namun karena “alasan-alasan psikologis dia menolak untuk berbicara (hal. 21).

Kevin sering dijuluki “Si Anak Kandang” karena seluruh waktu meleknya dihabiskannya di bawah meja (hal. 23) dengan kaki-kaki meja sebagai teralisnya dan dengan lengannya ke atas melindungi kepalanya. Badannya selalu digoyang-gorangkan dan berayun-ayun (hal. 13).

Hal ini meyebabkan banyak orang yang tidak mengira bahwa Kevin sudah berusia belasan tahun (hal. 15). Sudah empat tahun Kevin menghuni sebuah klinik yang khusus bagi orang-orang yang menderita gangguan kejiwaan (hal. 13) yang bernama Garson Gayer. Selama itu pula dia tidak pernah bicara bahkan tidak bersuara sama sekali (hal. 14), bahkan ketika dia sedang terisak (hal. 24).

Di sanalah dia bertemu seorang psikolog yang sekaligus sebagai guru pendidikan luar biasa yang bekerja di sana, yaitu Torey Hayden. Buku berjudul “Kevin: Belenggu Masa Lalu” (2004) yang ditulis oleh Hayden sendiri untuk menceritakan pengalamannya menangani Kevin. Berbekal pengalaman-penglaman menangani anak-anak dengan maslah kejiwaan, Hayden akhirnya berhasil membuat Kevin berbicara.

Berikut ini beberapa pelajaran yang bisa kita petik dari buku tersebut:
(1) Mengajak berbicara secara rutin dan terus-menerus
Hal yang pertama dilakukan oleh Hayden adalah mengajak Kevin berbicara. Pertama, Hayden memperkenalkan diri dan mengatakan alas an mengapa dia datang menemuinya dan apa yang akan dilakukannya (hal. 15). Meski tidak mendapat tanggapan sama sekali dari Kevin, Hayden terus melakukannya. Dia sering membacakan berbagai macam cerita kepada Kevin (hal. 16). Lama-kelamaan, Kevin mulai memberi isyarat-isyarat tapi tak dimengerti oleh Hayden (hal. 17) dan hal ini sering membuat Kevin frustasi. Isyaratnya bukanlah sekedar gerakan sederhana, namun lebih menyerupai kalimat bahkan paragraph (hal. 17). Sepertinya Kevin ingin memberi tahu sesuatu kepada Hayden.
(2) Faktor penyebab keengganan bicara adalah ketakutan
Ketakutan adalah faktor penyebab keengganan bicara adalah ketakutan. “Dia hidup dalam ketakutan yang amat besar terhadap hampir semua hal… Ketakutan-ketakutan Kevin telah memerangkapnya dalam penjara yang lebih mengungkung ketimbang kurungan yang telah dibuatnya dari meja dan kursi.” (hal.25).
(3) Ketakutan itu disebabkan masa lalu yang buruk.
Masa lalu Kevin yang buruk adalah penyebab ketakutan itu, seperti kegagalan di sekolahnya, kesulitan keuangan keluarganya, siksaan fisik terhadapnya, masalah dalam perkawinan orang tuanya, masalah dirinya dan orang tuanya, masalah penggunaan atau konsumsi alkohol yang berlebih-lebihan dari ayah tirinya, serta perasaan yang timbul ketika mengetahui bahwa ibu kandungnya telah dengan suka rela menyerahkan dirinya untuk dipelihara oleh Negara (hal. 27).
(4) Bukan anak dengan keterbelakangan mental
Anak seperti Kevin bukanlah termasuk anak dengan keterbelakangan mental atau ber-IQ rendah (hal. 22). Hal ini terlihat dari caranya membuat mimik di depan cermin (hal. 69) seperti sedang berlatih sesuatu (hal. 70).
(5) Mengeluarkannya dari zona nyamannya
Ketika anak tersebut mulai “berbicara”, Hayden menyarankan agar anak tersebut mulai diajak untuk keluar dari area kenyamanannya yang sempit di bawah meja (hal. 72). Misalnya, “Hei! Ayo keluar dari sana. Ayolah. Kamu sudah melakukan hal yang bagus tadi. Ayo coba lagi.” (hal. 76). Hayden “mendorong kursi ke samping dan duduk di karpet sedikit di luar pinggiran meja” (hal. 97).
(6) Memintanya menggambar
Dengan meminta anak tersebut menggambar, menurut Hayden, orang bisa melihat seperti apa dunianya (hal. 209). “Setiap orang memiliki dunianya di dalam dirinya sendiri” (hal 210).
(7) Untuk menanganinya perlu memiliki kesabaran dan kegigihan yang luar biasa
Menangani anak dengan kebutuhan khusus seperti ini memerlukan kesabaran dan semangat pantang menyerah. Ketika dia mulai mencoba untuk “berbicara”, hal ini bukan berarti semuanya telah berakhir (hal. 97). “Selalu ada lebih banyak hal yang bisa dipelajari, lebih banyak yang harus diperkirakan, lebih banyak hal untuk dipikirkan.” (hal. 226).

            Buku ini telah membuka cakrawala kita tentang masalah-masalah yang dihadapi oleh anak-anak, utamanya yang berkenaan dengan kendala berbahasa. Kendala tersebut tidak selamanya disebabkan oleh kondisi fisik anak tersebut, namun juga karena masalah psikologisnya.


Referensi
Hayden, T. 2004. Kevin: Belenggu Masa Lalu (Terjemahan oleh Melati Ahdi Damayanti). Bandung: Qanita.


No comments:

Post a Comment