Latar
Belakang
Bahasa
Inggris adalah bahasa yang paling banyak digunakan di dunia. Bahasa ini
merupakan bahasa ibu untuk lebih dari 400 juta orang diseluruh dunia (English
First, 2014). Penguasaan bahasa Inggris
sangat penting karena hampir semua sumber informasi global dalam berbagai aspek
kehidupan menggunakan bahasa ini (Durand, 2006:7). Bahasa Inggris mempunyai
peranan yang sangat penting dalam memasuki era globalisasi. Fungsinya tidak
hanya sebagai alat atau media untuk berkomunikasi antarbangsa tetapi semakin
luas dan penting, yaitu sebagai bahasa di berbagai disiplin ilmu pengetahuan,
teknologi, sosial-ekonomi, budaya, bahkan seni Oleh karena itu, pembelajaran
bahasa Inggris sejak dini sangat dianjurkan.
Pendidikan bahasa
Inggris akan sangat ideal jika dimulai sejak usia dini, terutama sebelum mereka
menginjak umur 12 tahun. Hal ini disebabkan seorang anak memiliki periode emas
untuk perkembangan bahasa anak. Mereka mampu belajar bahasa apapun seperti
penutur aslinya dan sehingga periode ini harus dimanfaatkan sebaik-baiknya. Menurut
teori Piaget (1920) periode tersebut adalah ketika anak berusia 2-7 tahun atau
dalam tahap pra-operasional. Tahap ini semua objek dan kejadian
direpresentasikan oleh simbol-simbol mental, egosentris yang tinggi, belum
mengerti hal-hal abstrak, dan masih berpikiran pra-logis, serta belum dapat
berpikir abstrak dan persepsi waktu dan tempat masih terbatas Tahap ini
merupakan masa terjadinya kematangan fungsi fisik dan psikis yang siap merespon
berbagai macam stimulasi yang diberikan oleh lingkungan. Tahap ini juga
merupakan masa pembentukan pondasi untuk mengembangkan kemampuan kognitif,
motorik, bahasa, sosio-emosional, agama dan moral.
Namun karena di Indonesia bahasa
Inggris bukan merupakan bahasa ibu, tapi sebagai bahasa asing yang pertama.
Anak-anak Indonesia akan mengalami kesulitan dalam mempelajarinya. Hal ini
karena bahasa asing adalah bahasa negara lain yang tidak digunakan secara umum
dalam interaksi sosial. Kedudukan bahasa Inggris di Indonesia tersebut
mengakibatkan jarang digunakannya bahasa Inggris dalam interaksi sosial di
lingkungan masyarakat sehingga bahasa Inggris merupakan bahasa yang sulit untuk
dipelajari karena bahasa Inggris merupakan bahasa asing yang tidak digunakan
sehari-hari dalam kehidupan masyarakat di Indonesia.
Dengan demikian pembelajaran bahasa
Inggris sejak usia dini memerlukan pendekatan dan strategi yang sesuai dengan
situasi dan kondisi anak. Di samping itu, perlu adanya peran serta orang-orang
di lingkungan sekitar mereka, seperti orang tua, anggota keluarga lainnya,
serta guru (Munandar, 1999). Oleh karena itu, makalah ini bertujuan untuk memberikan
petunjuk bagaimana peran orang tua, juga guru, dalam mengembangkan kemampuan
berbahasa Inggris anak.
Peranan Orang Tua dalam Perkembangan Bahasa
Inggris Anak.
Kemampuan
berbahasa anak merupakan salah satu dari enam potensi anak yang harus
dikembangkan sejak dini. Keenam potensi tersebut meliputi aspek kognitif/intelektual,
fisik-motorik, bahasa, sosial-emosional serta pemahaman nilai-nilai moral dan
agama (Catron dan Allen, 1999:23-26). Peningkatan
kapasitas penggunaan bahasa anak usia dini merupakan kunci perkembangan anak,
utamanya bagi perkembangan konsep, generalisasi, dan kemampuan berpikir
(Vygotsky, 1978). Kemampuan linguistik anak terdiri dari tiga komponen, yaitu:
kemampuan fonologi, semantik dan kalimat. Ketiga komponen ini diperoleh anak
secara serentak atau bersamaan.
Dalam mengembangkan ketrampilan
bahasa anak, peranan orang-orang di sekitarnya sangatlah penting. Hal ini
diperlukan anak untuk melakukan interaksi dengan orang dewasa dan penutur lain
yang lebih tua, serta memainkan peranan yang penting dalam mendukung
perkembangan kemampuan berkomunikasi anak (Bredekamp dan Copple, 1999:100).
Proses anak mulai mengenal
komunikasi dengan lingkungannya secara verbal itulah yang disebut dengan
pemerolehan bahasa anak. Pemerolehan bahasa anak menurut Krisanjaya (1998) mempunyai ciri kesinambungan,
memiliki suatu rangkaian kesatuan, yang dimulai dari tangisan sebagai awal dari
kompetensi komunikasi,bergerak dari ucapan satu kata sederhana menuju gabungan
kata yang lebih rumit (sintaksis).
Dalam perkembangannya, kemampuan
berbahasa tidak hanya meliputi kemampuan bicara saja. Anak juga harus menguasai
kemampuan mendengar. Menurut Askouri (2011), cara yang paling sederhana dalam
mengajarkan kemampuan mendengar adalah dengan mengurangi gangguan ketka
berbicara kepada anak, misalnya dengan mematikan televisi terlebih dahulu dan
mendekat ke anak sebelum berbicara. Selain keterampilan mendengar, pada usia
2-4 tahun, anak juga mengembangkan kemampuan awal untuk berbahasa tulisan atau
membaca. Orang tua hendaknya mencoba untuk menggunakan kata-kata yang tertulis
di sekitar anak. Misalnya, tulisan namanya, nama merk susu atau biskuit, dan
sebagainya. Anak pun akan senang melakukan kegiatan menggunting huruf-huruf
yang ia temukan dan menempelnya.
Dengan melihat perkembangan bahasa anak pada usia 2
tahun, orang tua dapat memprediksi
kinerja anak-anak pada
saat ia masuk ke sekolah dasar. Pemahaman dan penggunaan kosa
kata dan penggunaan dua atau tiga kalimat kata pada anak usia 2 tahun ini serta lingkungan
berkomunikasinya sangat terkait dengan kinerja mereka memasuki sekolah
dasar daripada faktor latar belakang sosial-ekonomi
kelauarga si anak (Roulstone, dkk., 2010: 3).
Kegiatan berbahasa juga
erat kaitannya dengan buku. Pemahaman akan buku merupakan dasar yang penting
bagi aktivitas pra-membaca. Berikan berbagai macam buku meskipun anak belum
bisa membacanya. Pada usia sekitar 3 tahun, anak sudah mulai dapat memahami
bahwa judul buku berada di bagian depan. Keterampilan berbicara anak juga
berkembang pesat. Ia tidak hanya berbicara untuk mengekspresikan dirinya,
tetapi juga bertujuan untuk mendapatkan informasi, misalnya sering ia
berntanya, Kenapa?” Itu dilakukannya untuk memuaskan rasa ingin tahunya.
Perkembangan bahasa anak tampak dari bahasa sehari-hari yang digunakannya. Ia
mulai mampu memberikan gambaran atas suatu situasi atau benda dengan
menggunakan kata-kata. Tak hanya itu, ia pun mulai dapat bercakap-cakap dengan
anak seusianya, juga dengan orang dewasa. Kalau hal ini dilakukan
terus-menerus, maka akan merangsang kemampuannya berkomunikasi. Kemampuan
berkhayalnya pun berkembang dengan baik. Anak menyenangi kegiatan bermain
peran.
Kegiatan yang dapat dilakukan untuk
merangsang perkembangan bahasa anak pada usia ini adalah: (a) Percakapan
mengenai tayangan televisi atau film yang ditonton anak, misalnya dengan
bertanya kepada anak siapa tokoh yang
ada di dalam cerita dan bagaimana jalan cerita itu, (b) Menggunakan kata posisi
di dalam kalimat dan membantu anak untuk memahami arti kata-kata di atas, di
dalam, dan di bawah dengan menunjukkannya benda nyatanya, (c) Bersenang-senang sambil
membaca buku dan berdiskusi mengenai buku yang dibaca, (d) Berbincang-bincang tentang
hasil karya anak serta memberi tanggapan yang positif.
Pada usia 3-4 tahun perkembangan bahasa anak terus
berlanjut, anak menggunakan kata dan kalimat yang mendekati sempurna. Anak akan
menyampaikan apa saja yang diketahuinya kepada orangtuanya. Ia mengkombinasikan
kata, gerak tubuh, dan mimik wajah untuk membuat pembahasan yang disampaikannya
menarik. Yang dapat dilakukan oleh orang tua untuk merangsang perkembangan
bahasa anak pada rentangan usia ini adalah: (a) Memberikan perintah yang lebih
sulit dan mengajukan permintaan dengan dua atau tiga informasi, (b) Mengajak anak bermain pura-pura
dengan menggunakan boneka tangan, (c) Menggunakan foto yang menarik dan ajak anak bercerita
menggunakan foto tersebut , (d) Bermain huruf-huruf dengan menggunakan guntingan huruf dari
kardus atau kalender, lalu meminta anak menyusun namanya, dan (e) Menjelaskan
apa yang dirasakan.
Dalam bukunya Frames of Mind, Gardner dalam Champbell (2002) mendeskripsikan
karakteristik dari anak yang memiliki kecerdasan bahasa (linguistic intelligence) yang merupakan salah satu dari delapan (masing-masing
multiple intelligences (kecerdasan ganda) sebagai berikut. Kecerdasan bahasa adalah
kemampuan untuk berpikir dalam bentuk kata-kata dan menggunakan bahasa untuk
mengekspresikan dan menghargai makna yang kompleks. Karakteristik yang biasanya
dimiliki oleh seseorang yang memiliki kecerdasan linguistik baik, yaitu: (a) mendengar
dan merespon setiap suara, ritme, warna dan berbagai ungkapan kata, (b) menirukan
suara, bahasa, membaca, dan menulis dari orang lain, dan (c) belajar melalui
menyimak, membaca, menulis dan berdiskusi, (d) sangat hafal nama, tempat dan
tanggal, (e) menggunakan keterampilan menyimak, berbicara, menulis, dan membaca
untuk mengingat, berkomunikasi, berdiskusi, menjelaskan, mempengaruhi,
menciptakan pengetahuan, menyusun makna, dan menggambarkan bahasa itu sendiri,
(f) mengeja kata-kata dengan mudah dan cepat, (g) menyukai pantun, puisi lucu
dan permainan kata, (h) suka mengisi teka-teki silang, (h) menikmati dan
mendengar kata-kata lisan, cerita buku dan radio, (i) menggunakan kosa kata
yang lebih luas dari anak seusianya, dan (j) unggul dalam pelajaran membaca dan
menulis.
Dalam proses pengembangan kemampuan
bahasa anak, peranan orang tua sangatlah besar. Yang diperlukan dari orang tua
adalah bagaimana memberikan perhatian kepada anak-anak agar mereka bisa
mengembangkan bakat dan potensinya dengan baik. seberapa jauh anak merasa
diperhatikan, diberi kebebasan atau kesempatan untuk mengekspresikan
ide-idenya, dihargai hasil karya atau prestasinya, didengar isi hatinya, tidak ada
paksaan atau tekanan, ancaman terhadap dirinya dan mendapatkan layanan
pendidikan sesuai tingkat usia dan perkembangan kejiwaannya (Hartono, 2013).
Kualitas interaksi
antara orangtua dan anak sangat signifikan perannya Hal ini dapat tercermin
dari bahasa yang digunakan anak, dan yang secara sengaja atau tidak sengaja
meningkatkan ketrampilan dan kemampuan berbahasa anak. Ada empat aspek penting
dari input
orangtua,
menurut Kumara (2000) yaitu: (a) pemelihara perhatian yaitu sewaktu orangtua
dan anak mengerjakan objek dan atau membahas topik yang sama; (b) pemeliharaan topik
yaitu sewaktu orangtua melanjutkan tetap memberi komentar, maupun mengancam terhadap
anak, daripada mengabaikan mereka atau mengubah topiknya; (c) sosialisasi
secara rutin yaitu sewaktu orangtua merancang suatu kondisi sedemikian rupa
sehingga situasi atau ungkapan verbal yang diharapkan dikenal dan dapat diduga
oleh anak, dan (d) memberikan contoh yaitu sewaktu orangtua memberikan
tanggapan atas perbuatan anak dengan menggunakan bahasa yang tepat. Demikian
pula halnya dengan dukungan, dorongan, dan rutinitas pemberian kebiasaan
membaca dan menulis, meningkatkan perkembangan secara signifikan kemampuan
berbahasa anak, membaca dan berbagi pengalaman tentang buku sebagai kegiatan sehari-hari
dan rutin.
Hal di atas juga berlaku untuk
pembelajaran bahasa Inggris anak. Peranan orang tua dalam kecerdasan anak
meliputi peran orang tua sebagai “pendamping yaitu subjek memberikan perhatian
dengan membantu anak jika mengalami kesulitan, memberikan kebebasan meski tetap
dibatasi waktu, menjadi teman bermain dan membacakan buku cerita untuk anak
serta peran orang tua sebagai guru dengan mengetahui kemampuan anak,
menciptakan lingkungan fisik dan bahasa, memberi motivasi dan membimbing anak serta
memberi contoh atau cara pengerjaannya kepada anak serta subjek dapat menjadi
model untuk anak.” (Setiawati, n.d).
Strategi Pembelajaran Bahasa
Inggris untuk Anak
Ada beragam
strategi yang bisa digunakan untuk merangsang
pembelajaran
bahasa Inggris untuk
anak-anak dikarenakan adanya berbagai macam konteks dan kondisi agar
perkembangan bahasa Inggris anak merupakan suatu proses yang bermanfaat,
menarik, dan menyenangkan bagi anak. Di antaranya adalah apa yang dikemukakan
oleh Copland dkk. (2012):
1. Penggunaan
bahasa Inggris untuk anak.
Bagi banyak
anak Indonesia, satu-satunya
sumber paparan bahasa Inggris adalah
orangtua/guru. Oleh
karena itu, disarankan kepada para orang tua/guru untuk memanfaatkan setiap
kesempatan yang mungkin untuk menggunakan/berbicara bahasa Inggris kepada anak.
Namun, ini tidak berarti bahwa bahasa Inggris orang tua/guru harus sempurna
atau bahwa mereka harus
berbicara bahasa Inggris sepanjang waktu. Penggunaan bahasa ibu anak kadang-kadang lebih efektif dan
tidak bisa dihindari. Orangtua/guru harus dapat mengetahui kapan harus menggunakan
bahasa Inggris atau bahasa ibu anak.
Orang
tua/guru
tidak bisa
mengharapkan anak-anak untuk selalu
menggunakan bahasa
Inggris sepanjang
waktu. Namun, anak-anak dapat didorong untuk menggunakan bahasa Inggris pada saat melakukan
aktivitas pembelajaran dengan orang tua/guru, dengan rekan-rekan mereka baik secara berpasangan
maupun kelompok. Namun, jika
anak-anak menggunakan bahasa ibu mereka dalam kegiatan tersebut, tidak harus dianggap sebagai masalah.
Yang penting mereka menggunakan bahasa Inggris kapan saja dibutuhkan. Ini
merupakan hal yang penting yang harus dipahami orangtua/guru dan anak-anak
sendiri. Juga hal ini dapat berguna bagi orang tua/guru untuk tetap dapat memelihara dan mengembangkan bahasa ibu dan budaya asli anak itu sendiri.
2. Aktivitas
pembelajaran bahasa Inggris
Aktivitas
pembelajaran bahasa Inggris yang dapat digunakan, misalnya Story Telling (bercerita), Role
Play (bermain peran), Art and Crafts
(Seni dan Kerajinan Tangan), Games
(Permainan), Show and Tell (melihat
dan menceritakan), Music and Movement
(Gerak dan Lagu), Listen and Repeat
(mendengar dan menirukan). Diharapkan dengan melakukan aktivitas-aktivitas ini,
anak-anak dapat berpartisipasi aktif baik secara individual, berpasangan,
maupun kelompok. Aktivitas berpasangan/berkelompok akan membangun komunikasi
yang positif bagi perkembangan bahasa anak.
3. Peranan
orang tua/guru
Orang tua/guru memainkan peran penting dalam menciptakan suatu lingkungan di mana
anak-anak merasa senang untuk
mencoba kemampuan bahasa Inggris mereka serta mendorong anak-anak dan memuji
upaya mereka. Orangtua/guru perlu memiliki keyakinan
akan kemampuan berbicara bahasa Inggris mereka sendiri, apa pun tingkatannya. Jika anak-anak melihat
orang
tua/guru mereka berbicara bahasa
Inggris dengan antusiasme
dan rasa percaya diri, tidak khawatir tentang membuat kesalahan atau mengetahui setiap kata, maka anak
akan
memiliki model
yang sangat positif untuk menggunakan
bahasa Inggris sendiri. Orang
tua/guru seyogyanya dapat memainkan peran mereka dalam memberikan jenis
kegiatan yang menyenangkan dan menarik
yang dapat memotivasi anak-anak untuk menggunakan bahasa Inggris.
4. Materi
pembelajaran
Anak-anak biasanya tertarik pada
diri, keluarga, makanan, hewan peliharaan, mainan dan lingkungan sekitarnya. Hal ini dapat
membantu orang
tua/guru untuk merencanakan topik untuk memotivasi dan melibatkan
anak. Sebagai
contoh adalah untuk menunjukkan bagaimana minat pada makanan, orang tua/guru dapat menyajikan
cerita yang berhubungan dengan makanan sehingga dapat memberikan pengalaman dan
kegiatan pembelajaran
dimana anak melihat, merasakan, menyentuh, membaui secara langsung. Orang tua/guru dapat juga berkonsultasi
dengan mereka dan
melibatkan mereka untuk menetukan materi/topik
selanjutnya. Karena anak suka dengan hal-hal yang lucu, orang tua/guru dapat
menggunakan humor atau permainan bahasa dalam lagu, puisi, teka-teki dan
sebagainya, agar anak-nk dengan mudah dapat megingat materi yang diberikan.
5. Pemberian
penghargaan untuk anak
Penghargaan dapat diberikan orang
tua/guru kepada anak yang berperilaku baik atau dapat melakukan sesuatu yang
diperintahkan kepadanya dengan sangat baik. Namun apabila hal ini dilakukan
secara terus-menerus, orang tua/guru perlu mempertimbangkan efek manfaat
pada anak-anak. Jika
anak-anak yang sama terus-menerus
mendapatkan suatu
hadiah/imbalan,
hal ini dapat
mengurangi semangat/motivasi anak lainnya dan bisa memiliki efek negatif pada dinamika kelompok.
Kesimpulan
Berdasarkan
uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa (1) anak-anak harus melalui beberapa tahap ketika
belajar bahasa Inggris sebagai bahasa baru bagi mereka, Beberapa anak melewati tahap ini lebih cepat daripada yang lain, mereka
juga memiliki
karakteristik dan
kemampuan yang berbeda, sehingga memahami tahapan anak
belajar bahasa ini sangat penting
bagi orang tua/guru untuk perencanaan kegiatan pembelajaran
bahasa yang tepat,
(2) peranan orang tua/guru sangatlah penting dalam perkembangan bahasa Inggris anak
dan membantu
anak-anak maju
ke tahap yang lebih tinggi,
(3) Orang tua/guru juga harus dapat tetap mempertahankan bahasa ibu dan budaya
asli mereka pada saat mereka mempelajari bahasa Inggris agar mereka tetap dapat
melakukan interaksi sosial dengan masyrakat di lingkungan sekitar mereka, (4) Anak-anak belajar tentang dunia
karena mereka mengalaminya,
sehingga orang tua/guru hendaknya dapat menciptakan lingkungan dan aktivitas pembelajaran
yang sesuai dengan konteks dunia nyata mereka dan yang memungkinkan mereka
mengeksplorasi dan menggunakan bahasa Inggris mereka, serta yang sesuai dengan
tahap perkembangan perkembangan kognitif, spasial, motorik,
bahasa, sosial
mereka.
Daftar Pustaka
Bredekamp,
Sue dan Copple, Carol. (1999). Developmentally Appropriate Practice in
Early Childhood Programs. Washington, D.C.: National Association for the
Education of Young Children.
Catron,
C.E. dan Allen, J. (1999). Early
Childhood Curriculum A Creative-Play Model. New
Jersey: Merill, Prentice-Hall.
Copland,
Fiona, Garton, Sue, dan Davis, Monika (eds). (2012). Crazy Animals and Other Activities for Teaching English to Young
Learners. London: British Council.
Durand,
C. X. (2006). If it’s not in English, it’s not worth reading! Current Issues in Language Planning,
7(1), 44–60.
English
First. (2014). Pentingnya Belajar Bahasa
Inggris untuk Masa Depan. Diunduh dari http://www.englishfirst.co.id/englishfirst/englishstudy/bahasa-inggris/pentingnya-belajar-bahasa-inggris-untuk-masa-depan.aspx
tanggal 25 Februari 2014.
Hartono,
Edi (2013). Peran Orang Tua dalam Mengembangkan Potensi Anak. Diunduh dari http://edukasi.kompasiana.com/2013/07/11/peran-orang-tua-dalam-mengembangkan-potensi-anak-575842.html tanggal 24
Feruari 2014.
Krisanjaya. (1998). Teori
Belajar Bahasa, Pemerolehan Bahasa Pertama. Jakarta. IKIP
Jakarta.
Kumara,
Amitya. (2000). Peran Aktif Orang Tua terhadap Ekspresi Tulis Anak. Jurnal Psikologi, 1, 1-9.
Masykouri,
Alzena. (2011). Mengasah Kemampuan Bahasa Anak. Jakarta: Direktorat Pembinaan
Pendidikan Anak Usia Dini, Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini
Nonformal dan Informal, Kementerian Pendidikan Nasional.
Munandar,
Utami.(1999) Kreativitas dan Keberbakatan. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
Roulstone,
Sue, Law, James, Rush Robert, Clegg, Judy, dan Peters, Tim. (2010). Investigating the role of language in
children’s early educational outcomes: Research Report. UK Department for
Education.
Setiawati,
Riani. (n.d). Peranan Orang Tua dalam Mengembangkan Multi Intelligences Anak.
Artikel tidak dipublikasikan. Jakarta: Universitas Guna Darma.
Sering kalah dalam bermain sabung ayam ataupun game lainya?
ReplyDeleteJangan khwatir kawan mari join bersama kami di BOLAVITA
Dijamin HOKI
Info Lebih lanjut
WA:0812 2222 995