BAGAIMANA MENANGANI
ANAK DENGAN KEENGGANAN BICARA (ELECTIVE
MUTISM): PELAJARAN DARI “KEVIN: BELENGGU MASALALU” KARYA TOREY HAYDEN
(2004)
Kevin
Richter adalah seorang anak lali-laki berusia hampir 16 tahun dan menderita
keenggana bicara (elective mutism). Penyakit
ini merupakan suatu gangguan emosional yang sering dialami anak-anak karena
secara fisik, anak menderita gangguan ini sebenarnya mampu berbicara namun
karena “alasan-alasan psikologis dia menolak untuk berbicara (hal. 21).
Kevin
sering dijuluki “Si Anak Kandang” karena seluruh waktu meleknya dihabiskannya di
bawah meja (hal. 23) dengan kaki-kaki meja sebagai teralisnya dan dengan
lengannya ke atas melindungi kepalanya. Badannya selalu digoyang-gorangkan dan
berayun-ayun (hal. 13).
Hal
ini meyebabkan banyak orang yang tidak mengira bahwa Kevin sudah berusia
belasan tahun (hal. 15). Sudah empat tahun Kevin menghuni sebuah klinik yang
khusus bagi orang-orang yang menderita gangguan kejiwaan (hal. 13) yang bernama
Garson Gayer. Selama itu pula dia tidak pernah bicara bahkan tidak bersuara
sama sekali (hal. 14), bahkan ketika dia sedang terisak (hal. 24).
Di
sanalah dia bertemu seorang psikolog yang sekaligus sebagai guru pendidikan
luar biasa yang bekerja di sana, yaitu Torey Hayden. Buku berjudul “Kevin:
Belenggu Masa Lalu” (2004) yang ditulis oleh Hayden sendiri untuk menceritakan
pengalamannya menangani Kevin. Berbekal pengalaman-penglaman menangani
anak-anak dengan maslah kejiwaan, Hayden akhirnya berhasil membuat Kevin
berbicara.
Berikut
ini beberapa pelajaran yang bisa kita petik dari buku tersebut:
(1) Mengajak berbicara secara rutin dan
terus-menerus
Hal
yang pertama dilakukan oleh Hayden adalah mengajak Kevin berbicara. Pertama,
Hayden memperkenalkan diri dan mengatakan alas an mengapa dia datang menemuinya
dan apa yang akan dilakukannya (hal. 15). Meski tidak mendapat tanggapan sama
sekali dari Kevin, Hayden terus melakukannya. Dia sering membacakan berbagai
macam cerita kepada Kevin (hal. 16). Lama-kelamaan, Kevin mulai memberi isyarat-isyarat
tapi tak dimengerti oleh Hayden (hal. 17) dan hal ini sering membuat Kevin
frustasi. Isyaratnya bukanlah sekedar gerakan sederhana, namun lebih menyerupai
kalimat bahkan paragraph (hal. 17). Sepertinya Kevin ingin memberi tahu sesuatu
kepada Hayden.
(2) Faktor penyebab keengganan bicara adalah
ketakutan
Ketakutan
adalah faktor penyebab keengganan bicara adalah ketakutan. “Dia hidup dalam
ketakutan yang amat besar terhadap hampir semua hal… Ketakutan-ketakutan Kevin
telah memerangkapnya dalam penjara yang lebih mengungkung ketimbang kurungan
yang telah dibuatnya dari meja dan kursi.” (hal.25).
(3) Ketakutan itu disebabkan masa lalu yang
buruk.
Masa
lalu Kevin yang buruk adalah penyebab ketakutan itu, seperti kegagalan di
sekolahnya, kesulitan keuangan keluarganya, siksaan fisik terhadapnya, masalah
dalam perkawinan orang tuanya, masalah dirinya dan orang tuanya, masalah
penggunaan atau konsumsi alkohol yang berlebih-lebihan dari ayah tirinya, serta
perasaan yang timbul ketika mengetahui bahwa ibu kandungnya telah dengan suka
rela menyerahkan dirinya untuk dipelihara oleh Negara (hal. 27).
(4) Bukan anak dengan keterbelakangan mental
Anak
seperti Kevin bukanlah termasuk anak dengan keterbelakangan mental atau ber-IQ
rendah (hal. 22). Hal ini terlihat dari caranya membuat mimik di depan cermin (hal.
69) seperti sedang berlatih sesuatu (hal. 70).
(5) Mengeluarkannya dari zona nyamannya
Ketika
anak tersebut mulai “berbicara”, Hayden menyarankan agar anak tersebut mulai
diajak untuk keluar dari area kenyamanannya yang sempit di bawah meja (hal.
72). Misalnya, “Hei! Ayo keluar dari sana. Ayolah. Kamu sudah melakukan hal
yang bagus tadi. Ayo coba lagi.” (hal. 76). Hayden “mendorong kursi ke samping
dan duduk di karpet sedikit di luar pinggiran meja” (hal. 97).
(6) Memintanya menggambar
Dengan
meminta anak tersebut menggambar, menurut Hayden, orang bisa melihat seperti
apa dunianya (hal. 209). “Setiap orang memiliki dunianya di dalam dirinya
sendiri” (hal 210).
(7) Untuk menanganinya perlu memiliki kesabaran
dan kegigihan yang luar biasa
Menangani
anak dengan kebutuhan khusus seperti ini memerlukan kesabaran dan semangat
pantang menyerah. Ketika dia mulai mencoba untuk “berbicara”, hal ini bukan
berarti semuanya telah berakhir (hal. 97). “Selalu ada lebih banyak hal yang
bisa dipelajari, lebih banyak yang harus diperkirakan, lebih banyak hal untuk
dipikirkan.” (hal. 226).
Buku ini telah membuka cakrawala
kita tentang masalah-masalah yang dihadapi oleh anak-anak, utamanya yang
berkenaan dengan kendala berbahasa. Kendala tersebut tidak selamanya disebabkan
oleh kondisi fisik anak tersebut, namun juga karena masalah psikologisnya.
Referensi
Hayden, T. 2004. Kevin: Belenggu Masa Lalu (Terjemahan oleh Melati Ahdi Damayanti).
Bandung: Qanita.
No comments:
Post a Comment