Tuesday, March 31, 2015

FACEBOOK DAN KEKUATAN SOSIAL




            Masih segar dalam ingatan kita beberapa bulan lalu ketika MUI mengeluarkan fatwa bahwa Facebook, salah satu jejaring sosial yang fenomenal, adalah haram. Berbagai argumentasi lalu bermunculan, baik yang pro maupun kontra tentang fatwa tersebut. Yang mendukung facebook mengatakan bahwa facebook memiliki manfaat, antara lain bahwa Facebook telah terbukti mempererat kembali hubungan pertemanan atau perkawanan yang telah berstatus quo selama bertahun-tahun dan kini bersambung kembali. Bahkan ada yang menyebut FB (singkatan umum untuk Facebook) merupakan Forum Bersilaturahim.
            Facebook juga bermanfaat untuk penyebaran (dissemination) informasi, pengetahuan serta berbagi pengalaman melalui sharing oleh para penggunanya (facebookers). Namun dampak negatif dari sharing inilah yang bisa berakibat fatal. Beberapa dampak negatif yang ditimbulkan, antara lain penurunan produktifitas kerja atau kinerja para penggunanya. Waktu yang seharusnya digunakan untuk berkarya dialihkan untuk memberi komentar-komentar, bermain dengan game atau kuis, atau chatting dengan sesame teman di Facebook, yang sebenarnya tidak perlu. Pemkot Surabaya bahkan pernah melarang para pegawainya menggunakan atau mengakses jejaring sosial ini selama jam kantor. Hal ini juga  berlaku untuk para pelajar  dan mahasiswa, bahkan para ibu rumah tangga.
            Dampak negatif lainnya adalah ketidakharmonisan rumah tangga. Karena “pertemuan” kembali dengan orang-orang yang pernah menjalin kisah romantis di Facebook, seperti yang dikisahkan Gigi dalam lagunya My Facebook, banyak pasangan suami-istri yang mulai “membagi perhatian” kepada orang-orang yang bukan pasangannya dan mulai terlena oleh alam nostalgia romantisme masa lalu. Anak-anak mereka juga mulai terabaikan. Hal inilah yang yang menimbulkan kecemburuan sosial yang memicu terjadinya percekcokan bahkan dapat berakhirnya dengan kematian salah satu pasangan tersebut.
            Namun, ada hal yang menarik tentang Facebook yang mencuat akhir-akhir ini. Facebook ternyata dapat menggalang dukungan dari berbagai kalangan tentang suatu masalah yang tidak dapat dipandang dengan sebelah mata. Artikel ini membahas tentang peranan Facebook sebagai agen kekuatan sosial dan dampak dari peranan tersebut.

Kekuatan Sosial

            Facebook sebagai suatu jejaring sosial yang menghubungkan orang-orang dan teman-temannya dapat diakses mereka yang memiliki beragam latar belakang: budaya, agama, ras, pendidikan, usia, jenis kelamin, sosial ekonomi, minat, dan sebagainya. Apabila para facebookers dipersatukan maka akan tercipta suatu kekuatan sosial yang luar biasa meskipun sebenarnya mereka berada dalam dunia maya. Kekuatannya bahkan jauh melebihi kekuatan sosial lainnya karena mereka tidak terbatas ruang dan waktu. Kekuatan sosial ini bahkan dapat mengancam dan memberikan tekanan bagi eksistensi seseorang, lembaga, bahkan negara, terutama yang tidak menjunjung tinggi nilai-nilai kebenaran dan tidak melalui koridor norma-norma sosial.
            Melalui dukungan para facebookers, dana kampanye seorang presiden suatu negara adi kuasa, yakni Barack Obama bisa mencapai trilyunan rupiah. Melalui Facebook, konsentrasi para pengunjuk rasa untuk menentang suatu hegemoni kekuasaan yang korup seperti di Thailand bisa digalang. Melalui tekanan para facebookers  Prita Mulyasari yang tadinya dipenjara atas tuduhan pencemaran nama baik karena e-mail yang berisi “curhat’ kepada teman-temannya, akhirnya dibebaskan, meski sampai sekarang masih harus menjalani persidangan. Tapi setidaknya Prita bisa berkumpul kembali dengan suami dan anak-anaknya sehingga ASI-nya dapat terus diberikan kepada anak-anaknya.
            Saat ini juga dukungan para facebookers juga terus mengalir dan dapat menembus angka sedikitnya satu juta orang mendukung dibebaskannya Bibit-Candra, dua orang jajaran Pimpinan KPK yang dituduh menerima suap dari koruptor yang kasusya sebenarnya tengah mereka tangani, Anggoro Widodo. Dan terbukti akhirnya mereka berdua dibebaskan meskipun masih panjang persidangan yang harus mereka tempuh. Namun pembebasan mereka dari dingin dan pengapnya penjara menunjukkan bahwa setidaknya tekanan dari facebookers ini memiliki “greget” yang tidak boleh diremehkan. Ini baru dukungan moril. Dan mereka masih belum menampakkan batang hidung mereka dalam bentuk demonstrasi seperti di negara tetangga kita, sesama negara ASEAN, yakni Thailand. Dan Indonesia merupakan negara yang memiliki pengguna Facebook terbesar ketujuh di dunia.
           
Kekuatan riil

            Kekuatan sosial yang secara potensial dimiliki Facebook merupakan kekuatan riil. Disebut riil karena motivasi dukungan para penggunanya adalah objektif. Mereka memberikan dukungan murni berdasarkan motivasi internal dan hati nurani mereka sendiri, tanpa ada intimidasi dan paksaan dari pihak luar. Mereka bebas menentukan pilihan, seperti halnya ketika mereka memilih apakan menjadi pengguna jejaring social tersebut atau tidak. Bagi mereka yang tidak menentukan pilihan pun, itu juga pilihan mereka.
            Dengan demikian, dukungan yang diberikan facebookers tidak memiliki tendensi atau kepentingan praktis (practical interests) maupun politis tertentu. Dukungan ini menyuarakan kebenaran dan ini adalah riil. Kekuatan yang tercipta dari dukungan ini adalah juga riil. Kekuatan yang riil ini merupakan potensi yang tidak boleh diremehkan.

            Akhirnya, terlepas dari kontroversi apakah Facebook membawa perubahan yang positif atau negatif, kita sebaiknya menyikapi fenomena Facebook dengan bijak, seperti halnya kita menyikapi rokok. Kita memahami keduanya memiliki kemampuan destruktif tapi kita tidak dapat mengeliminasi keberadaan keduanya karena sudah mengakar kuat dalam masyarakat kita. Kita dapat memanfaatkannya secara arif untuk sesuatu yang membawa perubahan yang konstruktif. Dan hal ini bukan suatu yang terlarang di negeri ini.

No comments:

Post a Comment